Memahami Pesan di Balik Pola Diet Mahatma Gandhi
Rumah Sahabat - Mahatma Gandhi dikenal dengan banyak hal. Dia menjadi panutan soal kedamaian bagi banyak orang. Namun, tak banyak yang tahu bahwa dia juga menghabiskan waktu 78 tahun untuk mempelajari nutrisi dan diet.
Beberapa pilihan diet Gandhi didasarkan pada protes, seperti berpuasa. Sementara yang lain didedikasikan untuk nutrisi. Dia juga tak percaya pada makanan olahan.
Makanan sehat selalu menjadi bagian dari kehidupan Gandhi. Minat Gandhi pada makanan sehat dimulai sejak masa kanak-kanak. Sang ibu selalu berhati-hati dengan makanan yang disajikan.
"Dia adalah pria yang ingin tahu. Dia juga memiliki keinginan untuk berpikir mendalam tentang apa yang dimakannya," ujar Nico Slate, penulis buku Gandhi's Search for Perfect Diet, mengutip Huffington Post.
Slate yang menghabiskan lima tahun meneliti sejarah Gandhi dengan nutrisi, memperhatikan sejumlah tema inti.
"Garam adalah salah satu elektrolit yang benar-benar kita butuhkan," ujar ahli gizi, Ashley Lytwyn. Garam tak perlu ditakuti. Jika garam dikonsumsi secara seimbang, kata dia, tubuh akan meresponsnya dengan baik.
Dia mencoba menjalani hidup sebagai seorang vegan pada masa dewasa mudanya. Namun, dia menyerah saat dirinya terserang disentri akut.
"Pengalaman telah mengajari saya bahwa agar tetap bugar, diet vegetarian tetap harus mencakup susu dan produk susu seperti mentega," tulis Gandhi dalam bukunya The Moral Basis of Vegeterianism.
Tak ada salahnya melakoni diet vegetarian. Hanya saja, yang perlu dicatat adalah bahwa setiap manusia tetap membutuhkan suplemen vitamin dan perencanaan nutrisi.
"Nutrisi seperti B12 akan sangat sulit didapat dalam diet vegan. Zat besi dalam sayuran juga berbeda dengan zat besi dalam protein hewani. Bahkan, jika seseorang mengonsumsi zat besi dalam sayuran saja, tubuh tak selalu bisa menyerapnya," jelas Lytwyn. Agen BandarQ
Gandhi menolak konsumsi alternatif ghee [mentega lokal India] yang mulai muncul pada era 1930-an. "Alternatif ghee dibuat di pabrik. Gandhi tak menyukainya," ujar Slate. Gandhi, sebutnya, menyukai makanan dengan bahan-bahan sederhana dan alami.
Lytwyn sepakat dengan pendekatan natural Gandhi tentang makanan. Hanya saja, dia beranggapan bahwa zaman telah berubah, begitu pula dengan pola dan gaya makan manusia di zaman kiwari.
"Beberapa makanan disajikan secara sederhana," kata Lytwyn. Ia menyarankan untuk mengonsumsi makanan olahan seperti oatmeal sebagai karbohidrat kompleks yang lezat dan sehat. "Pada saat yang sama, orang membutuhkan alternatif [makanan] dalam budaya yang bergerak cepat saat ini."
Kali ini, Lytwyn tak sepakat dengan pola puasa dalam waktu lama. Dia mendesak para pelaku diet untuk memikirkan kembali kegilaan puasa yang naik daun saat ini. Terutama jika mengingat tujuannya adalah dalam rangka menurunkan berat badan, bukan aktivisme.
"Seperti yang saya lihat pada banyak klien, puasa dapat menyebabkan mereka mengalami kelainan makan yang tidak terkendali," ujar Lytwyn.
"Gandhi berusaha keras untuk tidak makan terlalu banyak gula. Tapi Gandhi adalah manusia. Suatu hari dia menerima mangga segar, dan dia menyerah," kata Slate.
Lytwyn tak berkeberatan dengan hal tersebut. Faktanya, gula berlebih memang tak baik untuk tubuh. "Tapi yang dapat kita ambil dari sini adalah tentang moderasi. Bagaimana konsumsi yang seimbang," kata dia.
Beberapa pilihan diet Gandhi didasarkan pada protes, seperti berpuasa. Sementara yang lain didedikasikan untuk nutrisi. Dia juga tak percaya pada makanan olahan.
Makanan sehat selalu menjadi bagian dari kehidupan Gandhi. Minat Gandhi pada makanan sehat dimulai sejak masa kanak-kanak. Sang ibu selalu berhati-hati dengan makanan yang disajikan.
"Dia adalah pria yang ingin tahu. Dia juga memiliki keinginan untuk berpikir mendalam tentang apa yang dimakannya," ujar Nico Slate, penulis buku Gandhi's Search for Perfect Diet, mengutip Huffington Post.
Slate yang menghabiskan lima tahun meneliti sejarah Gandhi dengan nutrisi, memperhatikan sejumlah tema inti.
Skeptis terhadap garam
Gandhi, kata Slate, selalu mantap menghindari garam tambahan untuk makanannya. Gandhi memulai diet bebas garam pada 1911 silam. Namun, pada akhir 1920-an, Gandhi mulai memasukkan garam dengan jumlah sedikit dalam menu hariannya."Garam adalah salah satu elektrolit yang benar-benar kita butuhkan," ujar ahli gizi, Ashley Lytwyn. Garam tak perlu ditakuti. Jika garam dikonsumsi secara seimbang, kata dia, tubuh akan meresponsnya dengan baik.
Vegan dinilai terlalu membatasi
Gandhi dilahirkan dalam keluarga vegetarian. Hal itu membuatnya selalu bercita-cita menjadi seorang vegan.Dia mencoba menjalani hidup sebagai seorang vegan pada masa dewasa mudanya. Namun, dia menyerah saat dirinya terserang disentri akut.
"Pengalaman telah mengajari saya bahwa agar tetap bugar, diet vegetarian tetap harus mencakup susu dan produk susu seperti mentega," tulis Gandhi dalam bukunya The Moral Basis of Vegeterianism.
Tak ada salahnya melakoni diet vegetarian. Hanya saja, yang perlu dicatat adalah bahwa setiap manusia tetap membutuhkan suplemen vitamin dan perencanaan nutrisi.
"Nutrisi seperti B12 akan sangat sulit didapat dalam diet vegan. Zat besi dalam sayuran juga berbeda dengan zat besi dalam protein hewani. Bahkan, jika seseorang mengonsumsi zat besi dalam sayuran saja, tubuh tak selalu bisa menyerapnya," jelas Lytwyn. Agen BandarQ
Tak menyukai makanan olahan
Gandhi menghindari makanan dengan bahan-bahan non-alami. Dia tak menyukai makanan olahan.Gandhi menolak konsumsi alternatif ghee [mentega lokal India] yang mulai muncul pada era 1930-an. "Alternatif ghee dibuat di pabrik. Gandhi tak menyukainya," ujar Slate. Gandhi, sebutnya, menyukai makanan dengan bahan-bahan sederhana dan alami.
Lytwyn sepakat dengan pendekatan natural Gandhi tentang makanan. Hanya saja, dia beranggapan bahwa zaman telah berubah, begitu pula dengan pola dan gaya makan manusia di zaman kiwari.
"Beberapa makanan disajikan secara sederhana," kata Lytwyn. Ia menyarankan untuk mengonsumsi makanan olahan seperti oatmeal sebagai karbohidrat kompleks yang lezat dan sehat. "Pada saat yang sama, orang membutuhkan alternatif [makanan] dalam budaya yang bergerak cepat saat ini."
Puasa dalam waktu lama
Gandhi terbiasa puasa untuk alasan agama dan nutrisi. Namun, salah satu yang paling dikenal adalah puasa 21 hari yang pernah dilakoninya dalam rangka aksi melawan penindasan Inggris terhadap India.Kali ini, Lytwyn tak sepakat dengan pola puasa dalam waktu lama. Dia mendesak para pelaku diet untuk memikirkan kembali kegilaan puasa yang naik daun saat ini. Terutama jika mengingat tujuannya adalah dalam rangka menurunkan berat badan, bukan aktivisme.
"Seperti yang saya lihat pada banyak klien, puasa dapat menyebabkan mereka mengalami kelainan makan yang tidak terkendali," ujar Lytwyn.
Menghindari gula, memakan buah
Dari sebagian besar dietnya, Gandhi kerap menghindari gula. Namun, ketidaksukaannya terhadap gula tak membuatnya menghindari buah."Gandhi berusaha keras untuk tidak makan terlalu banyak gula. Tapi Gandhi adalah manusia. Suatu hari dia menerima mangga segar, dan dia menyerah," kata Slate.
Lytwyn tak berkeberatan dengan hal tersebut. Faktanya, gula berlebih memang tak baik untuk tubuh. "Tapi yang dapat kita ambil dari sini adalah tentang moderasi. Bagaimana konsumsi yang seimbang," kata dia.
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.