Bijak Kelola Uang agar Tak Tombok Selama Ramadan
Rumah Sahabat - Bulan Ramadan tinggal menghitung hari. Tak lama lagi, masyarakat muslim di Tanah Air akan menjalankan ibadah puasa hingga hari kemenangan tiba.
Bukan hanya karena harus mudik, tapi banyaknya agenda buka puasa bersama alias bukber pun kadang berhasil menguras dompet. Belum lagi, untuk membeli baju muslim demi menghadiri pengajian mingguan yang biasanya marak ketika Ramadan.
Sabila Kanisa (25) misalnya. Perempuan yang sehari-hari bekerja di agensi media ini mengaku kerap tergoda dengan berbagai diskon yang ada ketika bulan Ramadan.
"Bahkan, belum Ramadan saja, situs belanja online rasanya sudah memanggil-manggil saja untuk beli kaftan, beli kerudung. Kalau dipikir sih belum butuh, tapi diskonnya sekarang," ucap Sabila kepada CNNIndonesia.com, Jumat (26/4).
Begitu pula dengan Jordan Aditya (29), pegawai di sebuah bank swasta. Ia mengatakan ajakan untuk bukber sudah mulai berdatangan. Mulai dari teman yang pernah satu SD, SMP, SMA, sampai kuliah. "Belum lagi, sesama teman naik gunung bareng, teman futsal, teman baru di tempat kerja, banyak. Padahal, puasanya saja belum mulai," ungkapnya.
Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Agustina Fitria mengatakan persiapan keuangan jelang Ramadan dan Lebaran sejatinya harus dilakukan sejak jauh-jauh hari. Bahkan, ketika Lebaran tahun lalu baru saja berakhir.
Menurut dia, usai Lebaran, seseorang bisa berhitung berapa total pengeluaran yang sebenarnya dibutuhkan.
"Dari situ ada estimasi, 'Oh ternyata kalau dari Ramadan sampai Lebaran kurang lebih butuh uang sekian banyak', nah itu tinggal ditambahkan beberapa persennya sebagai antisipasi kenaikan harga-harga pada tahun berikutnya," ujarnya.
Ia mencontohkan jika pengeluaran selama Ramadan sampai Lebaran tahun lalu sebesar Rp6 juta, maka estimasi dana yang perlu disiapkan setidaknya sebesar Rp7 juta. Namun, estimasi itu bisa berkurang bila ada evaluasi dari pengeluaran, misalnya jika tidak mudik pada tahun ini.
Setelah menghitung estimasi dana yang dibutuhkan, kemudian sesuaikan dengan penghasilan. Ia menjelaskan jika memiliki gaji sebesar Rp5 juta per bulan, lalu ada THR yang besarnya setara gaji, berarti kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran itu bisa tertutupi.
Namun, ketika besaran THR ternyata tidak cukup untuk menutup kekurangan. Maka, kebutuhan dana mau tidak mau harus dicicil dari proses menabung yang dilakukan sejak jauh-jauh hari, yakni bulan-bulan sebelum memasuki Ramadan.
Kemudian, setelah semua estimasi pengeluaran sudah dihitung. Langkah paling awal adalah menyisihkan untuk persiapan mudik Lebaran bila Anda melakukannya. Sebab, tiket transportasi hingga kebutuhan anggaran ketika mudik dengan kendaraan pribadi harus diamankan lebih dulu. Apalagi, harga tiket pesawat tengah melambung.
"Sejak jauh-jauh hari bisa cari tiket pesawat atau moda transportasi lain. Kalau tiket pesawat tidak turun-turun misalnya, mungkin bisa cari-cari tiket promo atau bahkan mengganti moda transportasi yang akan digunakan, yang lebih sesuai dengan kemampuan," jelasnya.
Selanjutnya, menurut Agustina, pengeluaran untuk biaya makan bulanan seharusnya pengeluaran makan bisa lebih sedikit. Sebab, jadwal makan hanya dua kali dalam sehari, berbeda dengan hari-hari biasa yang bisa mencapai tiga sampai empat kali.
Namun memang, terkadang biaya makan yang dibutuhkan jadi bertambah lantaran momen bukber di luar.
"Kalaupun bukber, ini seharusnya sama saja dengan estimasi makan siang di luar ketika bukan bulan puasa. Taruhlah seminggu biasanya bisa dua kali makan siang di luar, maka ketika bukber ya seminggu dua kali saja, jangan sering-sering juga," tuturnya.
Agustina menyarankan agar lebih selektif dan diatur jadwalnya. Dengan begitu, pengeluaran tidak membengkak. Ia bilang perkembangan tren pembayaran digital saat ini bisa dijadikan salah satu cara untuk menghemat pengeluaran bukber. Apalagi, para dompet digital masih sering 'bakar uang' untuk mengenalkan pelayanannya. Agen BandarQ
"Mungkin bisa digunakan, tempat bukbernya sesuai dengan promo dompet digital atau diskon dari kartu kredit. Tapi ingat, ini hanya sarana, jangan sampai juga promo menjadikan Anda mudah tergiur," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan pengeluaran harian untuk makan sahur dan buka puasa sebenarnya bisa dihemat dengan makan di rumah saja. Dengan cara ini, seseorang tinggal menghitung berapa kebutuhan konsumsi per minggu.
Setelah itu, opsi belanja dalam jumlah besar bisa dilakukan karena cenderung lebih hemat. Apalagi ketika ada tawaran diskon dari tempat belanja, baik secara offline maupun online.
Misalnya, terkadang tempat belanja online menawarkan diskon dan harga yang lebih murah untuk makanan kemasan, seperti mie, pasta, minyak goreng, hingga bumbu. Sementara, jenis makanan seperti telur ayam, sayur-sayuran, hingga buah-buahan mungkin tidak bisa dibeli online dan dalam jumlah besar karena berisiko busuk.
Menurutnya, hal ini juga berguna untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok yang kerap meningkat jelang Ramadan dan Lebaran. Dengan pembelian dalam jumlah banyak yang cenderung lebih murah, risiko inflasi di tengah jalan bisa diminimalisir.
"Jadi mana yang bisa dibeli grosir dengan lebih murah dan mana yang tidak, itu tinggal diatur saja," imbuhnya.
Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Nugroho menambahkan hal yang tak kalah penting ketika menyiapkan estimasi keuangan selama Ramadan dan Lebaran adalah menyisihkan dana usai Lebaran. Apalagi, momen Lebaran tahun ini jatuh pada awal bulan.
Artinya, uang gaji yang diberikan pada akhir bulan sebelumnya sudah di tangan. Namun, ada risiko uang tersebut habis, padahal gajian di bulan berikutnya masih sekitar 20 hari kemudian.
"Jangan sampai puas habiskan gaji saat Lebaran, lalu merana di bulan setelah Lebaran," tuturnya.
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.