Rupiah Sore Kemarin Loyo ke Rp14.256 per Dolar AS
Rumah Sahabat - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.256 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Selasa (30/4). Posisi ini melemah 0,34 persen dibanding penutupan Senin (29/4) sebesar Rp14.204 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.215 per dolar AS, melemah dari posisi hari sebelumnya Rp14.188 per dolar AS.
Sore kemarin, sebagian besar mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea Selatan melemah 0,83 persen, ringgit Malaysia melemah 0,07 persen, yuan China melemah 0,05 persen, dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, dan baht Thailand melemah 0,01 persen.
Namun, terdapat pula mata uang Asia yang menguat seperti dolar Singapura sebesar 0,04 persen, yen Jepang sebesar 0,23 persen, rupee India sebesar 0,4 persen, dan peso Filipina sebesar 0,46 persen.
Sementara itu, pergerakan mata uang negara maju terbilang bervariasi. Poundsterling Inggris menguat 0,27 persen dan euro menguat 0,17 persen, namun dolar Australia melemah 0,04 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pelaku pasar agak lesu berinvestasi di Asia lantaran indeks manufaktur China yang tidak sesuai ekspektasi. Adapun, Purchasing Manufacturing Index (PMI) China pada April tercatat 50,1 atau turun dari Maret 50,5. Agen BandarQ
Ini menandakan bahwa kondisi ekonomi China masih belum menunjukkan perbaikan. "Jadi memang hasil ekonomi China ini di bawah ekspektasi pasar," jelas Ariston kepada CNNIndonesia.com, Selasa (30/4).
Lalu, ada kemungkinan pelaku pasar juga menunggu hasil rapat moneter bank sentral AS The Fed yang sedianya berlangsung Kamis (2/5) mendatang.
"Jika memang ada pelonggaran kebijakan, ini bisa mendorong penguatan rupiah," jelas dia.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.215 per dolar AS, melemah dari posisi hari sebelumnya Rp14.188 per dolar AS.
Sore kemarin, sebagian besar mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea Selatan melemah 0,83 persen, ringgit Malaysia melemah 0,07 persen, yuan China melemah 0,05 persen, dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, dan baht Thailand melemah 0,01 persen.
Namun, terdapat pula mata uang Asia yang menguat seperti dolar Singapura sebesar 0,04 persen, yen Jepang sebesar 0,23 persen, rupee India sebesar 0,4 persen, dan peso Filipina sebesar 0,46 persen.
Sementara itu, pergerakan mata uang negara maju terbilang bervariasi. Poundsterling Inggris menguat 0,27 persen dan euro menguat 0,17 persen, namun dolar Australia melemah 0,04 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pelaku pasar agak lesu berinvestasi di Asia lantaran indeks manufaktur China yang tidak sesuai ekspektasi. Adapun, Purchasing Manufacturing Index (PMI) China pada April tercatat 50,1 atau turun dari Maret 50,5. Agen BandarQ
Ini menandakan bahwa kondisi ekonomi China masih belum menunjukkan perbaikan. "Jadi memang hasil ekonomi China ini di bawah ekspektasi pasar," jelas Ariston kepada CNNIndonesia.com, Selasa (30/4).
Lalu, ada kemungkinan pelaku pasar juga menunggu hasil rapat moneter bank sentral AS The Fed yang sedianya berlangsung Kamis (2/5) mendatang.
"Jika memang ada pelonggaran kebijakan, ini bisa mendorong penguatan rupiah," jelas dia.
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.